CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 30 Desember 2008

suri tauladan nabi muhammad

Az-Zahra (as) Suri Tauladan Umat Manusia « ISLAM FEMINISISLAM FEMINISIslami, Feminim dan Mencerahkan Buku Tamu Gabung Milis Tentang Kami Posted by: islam feminis Juli 4, 2007 Az-Zahra (as) Suri Tauladan Umat Manusia
Ketaatan kepada Allah, pengorbanan, kesabaran, menjaga hak dan kehormatan merupakan sifat yang disandang oleh az-Zahra, bahkan lebih dari itu az-Zahra adalah lambang kehormatan, wanita pilihan, ibu rumah tangga, istri yang selalu menjaga hak dan kewajibannya, wanita yang malam-malam harinya selalu diisi dengan dzikir dan taqarrub kepada Allah swt. Rasul saww bersabda: “Sesungguhnya Fatimah as penghulu para wanita alam semesta”.————————————————————–Az-Zahra (as) Suri Tauladan Umat ManusiaOleh: Najibah Salim Ghanim Manusia dengan bekal fitrah yang telah Allah tetapkan dalam dirinya, senantiasa berjalan untuk mencari kesempurnaan. Perjalanan menuju kesempurnaan adalah sebuah proses mencari nilai-nilai kebesaran dan keagungan sehingga sampai pada titik final yang sebenarnya. Mencari suri teladan merupakan salah satu proses pencarian nilai kebesaran dan keagungan dalam jatidiri manusia sehingga manusia dapat sampai pada titik kesempurnaan. Al-Quran memberikan jalan bahwa dalam pribadi Rasul saww terdapat suri teladan “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah saww itu suri teladan yang baik bagimu”. Allah swt ingin menjelaskan kepada manusia bahwa Rasul merupakan panutan dan suri teladan bagi umat sepanjang masa.Begitu halanya dengan Ahlul bait as, keberadaan Ahlul bait as tidak sebatas hanya sebagai keluarga Rasul saww semata, namun di samping itu mereka juga sebagai pelanjut misi kenabian, penerus risalah suci, dan pribadi-pribadi yang memiliki keutamaan serupa dengan Rasul saww. Hadis kisa’ adalah bukti sejarah yang menjelaskan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan antara Nabi Muhammad saww dan Ahlul bait as, sebagaimana hubungan al-Quran dan al-Itrah. Bukankah dalam al-Quran telah dipaparkan bahwa pribadi imam Ali as dinyatakan secara manunggal dengan jiwa Rasul saw dalam ayat mubahalah dengan kalimat “anfusana wa anfusakum”. Para mufassirin bersepakat bahwa ayat tersebut turun kepada Ahlul bait as pada peristiwa mubahalah bersama pemuka kaum Nasrani Najran. Kalimat “anfusana” sendiri ditujukan kepada Rasulullah saww dan Imam Ali as. Dengan demikian ketika kita meyakini bahwa pribadi Rasul saww adalah suri teladan bagi umat manusia, maka demikian pula dengan pribadi Imam Ali as karena al-Quran telah menyatakan keduanya sebagai jiwa yang satu dalam kalimat “anfusana”.Salah satu sosok pribadi Ahlul bait as yang hadir dalam peristiwa hadist kisa’ adalah Sayyiidah Zahra as putri Rasul saww yang selalu dinanti kelahiranya, dan dia merupakan hujjah bagi para imam suci serta pelanjut suri teladan Nabi saww. Suatu hari Imam Mahdi as ketika ditanya oleh salah satu sahabatnya tentang sosok figur yang dapat dijadikan suri teladan, beliau menjawab: “Dalam diri putri Rasullah saww terdapat suri teladan yang baik bagiku”. Ditambahkan juga dalam riwayat lain yang menyatakan: “Kami Ahlulbait as sebagai hujjatnya Allah di muka bumi dan Fatimah sebagai hujjat bagi Kami”. Pernyataan Imam Mahdi -sosok pribadi yang selalu dinantikan kehadirannya bagi pengikut syiahnya yang setia, penegak kebenaran, pengancur kebatilan- mengisyaratkan bahwa dalam diri putri Rasulullah saww Sayyidah Zahra’ terdapat suri teladan yang dapat diikuti dan sebagai hujjat bagi para imam suci. Dalam makna lain, keberadaan az-Zahra as merupakan kelanjutan suri teladan dan risalah suci Rasul saww, karena para imam suci yang melanggengkan serta mengabadikan ajaran suci Rasulullah saww merupakan keturunan dari az-Zahra as. Hal ini yang menyebakan ia dijuluki sebagai “al-Kautsar” yang artinya sesuai dengan qarinah dalam ayat al-Kautsar yaitu keturunan yang banyak, sejak jaman itu sampai sekarang, dan maksud dari kata tersebut hanya bisa difahami kepada keturunannya az-Zahra as.Tanpa diragukan lagi bahwa Sayyidah az-Zahra as mempunyai keutamaan yang luar biasa, baik keutamaan dari sisi nasab sebagai putri Rasul saww -sosok pribadi agung sepanjang perjalanan hidup manusia- maupun dari sisi spritualnya. Rasul saww dalam menjelaskan pribadi suci az-Zahra berkata kepada Salman- sahabat setia Rasul saww-: “Wahai Salman sesungguhnya putriku Fatimah, Allah telah memenuhkan hatinya, anggota tubuhnya sampai pada tulang sumsumnya keyakinan dan keimanan sehingga ia menghabiskan waktunya untuk menyelami ketaatan kepada Allah swt”. Dalam riwayat lain Rasul Saww bersabda: “Dia (Fatimah) sepenggal dariku dan Dia hati ruhku”. Dalam riwayat yang telah disebutkan tadi dapat dijelaskan bahwa kedudukan az-Zahra yang begitu tinggi bukan hanya sekedar karena beliau putri Rasul saww namun karena keluhuran nilai spritual yang yang dimilikinya melalui proses perjalanan maknawi sehingga beliau mendapat kedudukan yang luar biasa di mata Allah swt.Ketaatan kepada Allah, pengorbanan, kesabaran, menjaga hak dan kehormatan merupakan sifat yang disandang oleh az-Zahra, bahkan lebih dari itu az-Zahra adalah lambang kehormatan, wanita pilihan, ibu rumah tangga, istri yang selalu menjaga hak dan kewajibannya, wanita yang malam-malam harinya selalu diisi dengan dzikir dan taqarrub kepada Allah swt. Rasul saww bersabda: “Sesungguhnya Fatimah as penghulu para wanita alam semesta”.Diceritakan dalam sejarah ketika Az-Zahra memberikan hadiah pakaian dan barang lainnya yang disukainya kepada seorang fakir, salah satu dari mereka sempat bertanya: kenapa anda melakukan hal yang demikian? Beliau as menjawab dengan berdasarkan ayat al-Quran: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”. Begitu besar nilai pengorbanan dan rasa kepedulian Az-Zahra kepada fakir miskin sehingga menafkahkan harta yang dicintainya dijalan Allah swt “dan mereka (Ahlul bait as) mengorbankan jiwanya sekalipun mereka membutuhkan”.Karenanya, berbicara tentang Az-Zahra tidak mungkin digambarkan secara utuh, sosok pribadi yang telah sampai kepada maqam kesempurnaan bagaimana bisa untuk dilukiskan dengan kata-kata, namun yang terpenting adalah bagaimana prilaku kita yang mengaku sebagai pengikutnya? Apakah kita sudah menjadikan az-Zahra sebagai figur suri teladan dalam kehidupan kita? Apakah kita -sebagai ibu- sudah mengamalkan kewajiban kita dalam rumah tangga?20 Jumaditsani merupakan hari kelahiran az-Zahra, moment yang sangat penting dalam sejarah Islam khususnya bagi para ibu, dan akan sangat tepat jika hari yang mulia itu disebut dengan hari ibu. Penamaan hari tersebut sebagai hari ibu -sebagaimana yang diresmikan oleh pemerintah Republik Islam Iran- merupakan kebanggaan bagi pengikut Ahlulbait as. Ketika kita menerima bahwa tanggal 20 jumaditsani merupakan hari ibu mau tidak mau segala bentuk pertanggungjawaban dan konsekuensinya harus kita terima, sebagaimana kalau saja pada tanggal, bulan dan hari tertentu kita menganggapnya sebagai hari pengorbanan. Maka kita harus menerima sebuah konsekuensi dari hari tersebut, kalau tidak maka hari itu tidak dapat dianggap sebagai hari pengorbanan. Begitu juga dengan hari ibu, segala kelazimannya harus diterima. Dengan pengertian bahwa segala bentuk pola kehidupan az-Zahra as dalam kehidupan sehari-harinya baik kehidupan berumah tangga dan sosial, serta kepribadian yang mencakup ketakwaan, kezuhudan, kehormatan (iffah) yang dimilikinya harus juga dimiliki bagi setiap ibu.Hari kelahiran az-Zahra merupakan hari yang sangat menentukan nasib para wanita, bukankah wanita pada saat itu tidak lagi dianggap sebagai manusia rendah yang mana keberadaanya diyakini sebagai mala petaka bagi kaumnya sebagaimana yang dipercaya oleh orang-orang jahiliah? dan seketika dengan kelahiran az-Zahra, tradisi dan budaya tersebut terkikis. Az-Zahra suatu sosok yang dapat membuktikan bahwa wanita adalah manusia yang juga mampu untuk mencapai nilai-nilai kesempurnaan sebagaimana dirinya yang telah sampai kepada maqam tersebut dengan perjalanan spritualnya.Selamat atas kelahiran wanita suci putri Rasul az-Zahra al-Batul as, selamat kepada para kaum ibu yang mengikuti jejaknya dan menjadikan kepribadiannya sebagai lambang jati diri mereka. Semoga kita selalu ditambahkan pengetahuannya untuk lebih mengenal kembali tentang Ahlulbait as, terlebih pemuka wanita jagat raya Az-Zahra as dan dapat mengamalkan segala jejak dan langkahnya di jalan Allah swt.[islamalternatif]Wallahu a’lam!

0 komentar: